Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari
unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
sampai saat ini masih belum diketahui.
Infeksi COVID-19 dapat
menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan sampai terjadi Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Deteksi dini
manifestasi klinis akan menentukan waktu yang tepat penerapan tatalaksana dan
PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada
kekhawatiran untuk perburukan yang cepat.
Adapun manifestasi klinis yang
berhubungan dengan infeksi COVID-19 adalah sebagai berikut:
1.
Uncomplicated illness
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam,
batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Perlu waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena gejala dan
tanda tidak khas.
2.
Pneumonia ringan
Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia
berat. Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas +,
napas cepat: frekuensi napas: usia < 2 bulan (≥ 60 x/menit); usia 2-11 bulan
((≥
50 x/menit); usia 1-5 tahun (≥ 40 x/menit) dan tidak ada tanda pneumonia
berat.
3.
Pneumonia berat / ISPA berat
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30
x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) pada udara
kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
·
Sianosis sentral atau SpO2 < 90%
·
Distres pernapasan berat (seperti mendengkur,
tarikan dinding dada yang berat);
· Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui
atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada,
takipnea :<2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>
usia < 2 bulan (≥ 60 x/menit); usia 2-11 bulan ((≥ 50 x/menit); usia 1-5 tahun (≥ 40
x/menit) dan usia > 5 tahun (≥30x/menit).
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada yang
dapat menyingkirkan komplikasi.
4.
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu
satu minggu.
Pencitraan dada (CT scan toraks, atau
ultrasonografi paru): opasitas bilateral, efusi pluera yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau nodul.
Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat
gagal jantung atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif (seperti
ekokardiografi) untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema bukan akibat
hidrostatik jika tidak ditemukan faktor risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
·
ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/ FiO2
≤
300 mmHg (dengan PEEP atau Continuous positive airway pressure/ CPAP ) ≥ 5
cmH2O atau yang tidak di ventilasi
·
ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/ FiO2
≤
200 mmHg (dengan PEEP ≥ 5 cmH2O atau yang tidak di ventilasi
·
ARDS berat: PaO2/ FiO2 ≤ 100
mmHg (dengan PEEP ≥ 5 cmH2O atau yang tidak di ventilasi
·
Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315
mengindikasikan ARDS (termasuk pasien yang tidak diventilasi).
Kriteria
ARDS pada anak berdasarkan Oxygenation Index dan Oxygenatin Index menggunakan
SpO2:
·
PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2 / FiO2 ≤264:
Bilevel noninvasive ventilation (NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O dengan menggunakan
full face mask
·
ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ Oxygenation
Index (OI) < 8 atau 5 ≤ OSI < 7.5
·
ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16
atau 7,5 ≤
OSI < 12,3
·
ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI
≥ 12,3
5.
Sepsis
Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam
nyawa disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti
infeksi*. Tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/kesadaran,
sesak napas, saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyutjantung cepat,
nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah,
ptekie/purpura/mottled skin, atau hasil laboratorium menunjukkan koagulopati,
trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi, hiperbilirubinemia.
Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti
infeksi dan kriteria systemic inflammatory response syndrome (SIRS) ≥2, dan
disertai salah satu dari: suhu tubuh abnormal atau jumlah sel darah putih
abnormal.
6.
Syok septik
Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun
sudah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum>
2 mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau
>2 SD di bawah normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut:
perubahan status mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160
x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada anak); waktu
pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi hangat
dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia.
Sumber : Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar