Selasa, 19 Desember 2017

BANTUAN HIDUP DASAR PADA DEWASA



1.    Definisi
Bantuan hidup dasar pada dewasa adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan pertolongan medis lanjutan.
2.    Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernapasan yang adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita dinyatakan meninggal.
3.    Indikasi
a.    Henti jantung
b.    Henti napas
4.    Pelaksanaan bantuan hidup dasar
Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan hidup dasar yang dikeluarkan oleh American Heart Association dan European Society of Resuscitation, pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita, aktivasi layanan gawat adrurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan yang diawali denga Circulation-Airway-Breathing-Defibrilator (CABD).
                                  Mata rantai keberhasilan/the chain of survival
  

a.    Penilaian respons
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk melakukan pertolongan. Penilaian respons dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita.
Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respons penderita, yaitu :
·  Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respons yang diberikan, maka usahakan tetap mempertahankan posisi seperti pada saat ditemukan atau diposisikan ke posisi mantap sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital sampai bantuan datang
·   Bila penderita tidak memberikan respons serta tidak bernapas atau bernapas tidak normal (gasping), maka penderita dianggap mengalami keadaan henti jantung. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan aktivasi sistem layanan gawat darurat

b.    Pengaktifan sistem layanan gawat darurat
Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak didapatkan respons, hendaknya penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelepon sistem layanan gawat darurat, bila tidak ada orang maka sebaiknya penolong menelepon sistem layanan gawat darurat dan menjelaskan lokasi penderita, kondisi penderita, serta bantuan yang telah diberikan.

c.    Kompresi jantung (circulation)
Sebelum melakukan kompresi dada, penolong harus melakukan pemeriksaan awal untuk memastikan bahwa penderita dalam keadaan tanpa nadi saat akan dilakukan pertolongan. Pemeriksaannya dengan melakukan perabaan denyut arteri karotis dalam waktu maksimal 10 detik. Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencari trakea dengan 2-3 jari. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke lateral sampai menemukan batas trakea dengan otot samping leher (tempat arteri karotis berada).
Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada setengan bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang akan meningkatkan tekanan intratorakal serta penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan yaitu:
·  Penderita dibaringkan ditempat yang datar dan keras 
. Tentukan lokasi kompresi di mid sternum dengan cara meletakkan telapak tangan yang telah saling berkaitan dibagian setengah bawah dinding sternum
 
·      Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120x/menit
·      Kedalaman minimal 5 cm (2 inchi)
·      Rekoil penuh setelah setiap kali kompresi dan meminimalkan jeda dalam kompresi.
·      Memberikan ventilasi yang cukup (2 nafas bauatan setelah 30 kompresi, setiap napas buatan diberikan lebih dari 1 detik, setiap kali diberikan dada akan terangkat.
·      Penolong terlatih tanpa alat bantu napas lanjutan melakukan kompresi dan ventilasi dengan perbandingan 30 kompresi : 2 Ventilasi.
  

d.    Airway
    Pada penderita yang tidak sadarkan diri, maka tonus otot-otot tubuh akan melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lidah dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas. Jalan napas dapat dibuka oleh penolong dengan metode:
·      Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil mengangkat dagu). Tindakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami gangguan/trauma tulang leher.
  


·      Bila penderita dicurigai mengalami trauma leher, maka tindakan untuk membuka jalan napas dilakukan dengan cara menekan rahang bawah ke arah belakang (jaw thrust)
                                                          

Setelah dilakukan tindakan membuka jalan napas, langkah selanjutnya adalah dengan pemberian napas bantuan. Tindakan pembersihan jalan napas, serta maneuver look,listen and feel tidak dikerjakan lagi kecuali jika tindakan pemberian napas bantuan tidak menyebabkan paru berkembang secara baik.
e.    Breathing (ventilasi)
   Tindakan pemberian napas bantuan kepada penderita henti jantung setelah satu siklus kompresi selesai dilakukan (30 kali kompresi). Pemberian napas bantuan bisa dilakukan dengan metode:
1).  Mulut ke mulut (mouth to mouth)
     Metode ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Caranya yaitu:
ü Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilajutkan dengan menjepit hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan
ü Buka sedikit mulut penderita, tarik napas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut penderita, kemudian hembuskan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
ü Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi
                                             


2). Mulut ke hidung (mouth to nose)
Napas bantuan ini dilakukan bila pernapasan mulut ke mulut sulit dilakukan, misalnya karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita disertai chin lift, kemudian hembuskan udara seperti pernapasan mulut ke mulut. Buka mulut penderita waktu ekhalasi.
3). Mulut ke sungkup
Penolong menghembuskan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas dan melingkupi mulut dan hidung penderita. Sungkup ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna bibir penderita dapat terlihat.
Cara melakukan pemberian napas mulut ke sungkup, yaitu:
ü Letakkan sungkup pada muka penderita dan dipegang dengan kedua ibu jari
ü Lakukan head tilt chin lift/ jaw thrust, tekan sungkup ke muka penderita, kemudian hembuskan udara melalui lubang sungkup sampai dada terangkat
ü Hentikan hembusan dan amati turunnya pergerakan dinding dada
4). Dengan kantung pernapasan
    Alat ini dari kantung yang berbentuk balon dan katup satu arah yang menempel pada sungkup muka. Volume kantung napas ini 1600ml. Alat ini digunakan untuk pemberian napas bantuan dengan disambungkan ke sumber oksigen. Bila alat tersebut disambungkan ke sumber oksigen maka kecepatan aliran oksigen bisa sampai 12 L/menit. Penolong hanya memompa sekitar 400-600ml (6-7ml/kg) dalam 1 detik ke penderita. Bila tanpa oksigen dipompakan 10ml/kg BB penderita dalam 1 detik.
Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan napas dan meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C Clamp (bila seorang diri), yaitu jari-jari ketiga, ke empat dan kelima membentuk huruf E dan diletakkan dibawah rahang bawah untuk mengekstensi dagu dan rahang bawah, ibu jari dan telunjuk membentuk huruf C untuk mempertahankan sungkup di muka penderita. Tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan napas.
ü Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah (E-C Clamp), tangan yang lain memompa kantung napas sambil melihat dada terangkat.
ü Bila dengan 2 penolong, 1 penolong pada posisi diatas kepala penderita menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah dengan mengeskstensikan sambil melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan memompa kantung sampai dada terangkat.
                                 


5.    Komplikasi
          a.    Aspirasi regurgitasi
          b.    Fraktur kosta-sternum
          c.    Pneumotoraks, hematoraks, kontusio paru
          d.   Laserasi hati atau limpa



PENTING UNTUK DIINGAT: KAPAN RJP DIHENTIKAN !!
a.    Kembalinya ventilasi dan sirkulasi spontan
b.  Ada penolong yang lebih bertanggung jawab
c.   Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon,
d.  Adanya DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
e.  Adanya tanda kematian yang irreversibel.

PENTING UNTUK DIINGAT: KAPAN RJP TIDAK DILAKUKAN !!
 a. Adanya tanda kematian : rigormortis
 b. Sebelumnya dengan fungsi vital yang sangat jelek, dan sudah dengan terapi maksimal
 c. Bila menolong korban, akan membahayakan penolong.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LATIHAN SOAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Bismillah Assalaamualaikum Warohmatullohi Wabarakatuh. Jadi Ingat Peribahasa dari Bahasa Sunda yang bunyinya "Cikaracak Ninggang Batu L...