1. Definisi
Pengambilan darah arteri merupakan suatu tindakan untuk mengambil darah
arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah. Arteri yaitu pembuluh darah yang
berasal dari ventrikel kiri jantung yang berdinidng tebal dan kaku. Analisa gas
darah arterial merupakan salah satu uji yang umum dilakukan pada pasien kritis
dan merupakan keterampilan yang esensial untuk semua praktisi tenaga kesehatan.
Pemeriksaan ini menyediakan informasi yang berharga mengenai fungsi pernapasan
dan keadaan metabolik pasien (Jevon P & Ewens B, 2007).
2. Tujuan
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
a.
pH darah
b. Tekanan parsial Karbon dioksida (PCO2)
c. Bikarbonat HCO3-)
d. Base excess/deficit (BE)
e. Tekanan Oksigen (PO2)
f.
Saturasi Oksigen (SO2)
|
3. Indikasi, meliputi :
a. Pasien dengan masalah pernapasan
b. Pasien dengan pemasangan ventilasi mekanis
c. Disfungsi jantung yang terkait penurunan
curah jantung
d. Kondisi syok
4. Kontra indikasi :
a. Hemofilia
b. Trombosit rendah
c. Fibrinolisis sistemik, seperti pada terapi trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.
5. Prosedur
a. Alat
· Spuit 5 ml
· Botol heparin 10 ml
· Jarum nomor 22 atau 25 (bevel pendek)
· Penutup udara dari karet
· Kapas alkohol
· Wadah berisi es (waskom atau kantung
plastik)
· Beri label untuk menulis status klinis
pasien yang meliputi :
ü Nama, tanggal dan waktu
ü Apakah menerima O2 dan bila ya
berapa banyak dan dengan rute apa
ü suhu
b. Persiapan
· Cek catatan medik, meliputi:
Alasan pengambilan spesimen darah. Rasional mengidentifikasi
tipe darah yang dibutuhkan dan bagaimana mengumpulkannya.
- Riwayat faktor risiko perdarahan: terapi antikoagulan, gangguan
perdarahan, jumlah trombosit
yang rendah. Rasional
mengingatkan untuk menyiapkan peralatan tambahan untuk penekanan pada daerah penusukan setelah dilakukannya tindakan.
- Faktor kontra
indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena : infus intra vena atau keadaan setelah radikal mastektomi. Rasional mengidentifikasi daerah yang ddak dapat digunakan sebagai tempat dilakukannya prosedur tindakan.
· Siapkan formulir laboratorium
·
Untuk pengambilan
darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin
dengan perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial; Kemudian lakukan usaha
agar
heparin menyentuh semua dinding bagian dalam spuit.
Rasional mencegah pembekuan darah. Ini perlu untuk keakuratan analisa darah.
·
Cuci
tangan
c. Pelaksanaan
·
Beri salam, panggil pasien dengan namanya.
·
Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
Rasional memberikan
informasi pada
klien. Penjelasan pada pasien tantang tujuan dari test ini dan pemberitahuan bahwa tindakan ini
dapat merimbukan
rasa
sakit nyeri. (catatan : beberapa institusi mengijinkan
diberikan anastesi di area penusukan dengan 1% lidocaine (Xilocaine) akan mempersiapkan
diri
pasien, atau pada bayi dioleskan anestesi semprot/salep.
·
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
·
Menanyakan keluhan utarna klien.
·
Memulai tindakan dengan cara yang baik.
·
Jaga privacy klien.
·
Dekatkan peralatan pada klien.
·
Atur posisi klien agar nyaman.
·
Identifikasi tempat penusukan.
·
Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
·
Letakkan pengalas.
·
Pakai sarung tangan.
·
Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi maksimal. Rasional mengidentifikasi dimana letak arteri yang
paling dekat dengan permukaan kulit.
· Lakukan
test Allen. Rasional untuk
mengkaji
keadekuatan
sirkulasi kolateral pada arteri ulnaris. Sirkulasi kolateral ini penting bila arteri radialis terobstruksi oteh trombus setelah dilakukan tindakan penusukan. Untuk melakukan test Allen, lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan ulnaris dari salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutannya hilang. Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi
ke
tangan. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris. Jika tangan kembali
normal dengan cepat (tangan akan kemerahan dalam 10 detik), hasil test
dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan pada pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada arteri ulnaris tangan tetap
pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak
adekuat.
Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain harus di-test.
Bila hasil test pada kedua
pergelangan tangan
adalah positif, arteri femoralis harus dieksplorasi
· Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan
tangan di rotasi ke luar
ü Penting sekali untuk melakukan
hiperekstensi pergelangan tangan, biasanya menggunakan gulungan handuk untuk
melakukan ini
ü Untuk pungsi arteri brakhialis siku di
hiperekstensikan setelah meletakkan handuk dibawah siku
· Arteri radialis atau brakhilais
dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alkohol
Gambar a. Dengan arteri line gambar b. Tanpa arteri line
· Jarum dimasukkan dengan perlahan ke dalam
area yang mempunyai pulsasi penuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan
jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
· Seringkali jarum masuk menembus pembuluh
arteri dan hanya dengan jarum ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit
· Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut
darah arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatannya
sendiri. Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit. Ini
kadang-kadang diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga tak
mungkin darah tersebut positif dari arteri. Hasil gas darah tidak
memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari arteri atau dari vena.
· Setelah darah 5 ml diambil, jarum
dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang dipungsi selama sedikitnya 5
menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)
· Gelembung udara harus dibuang keluar
spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit. Putar spuit
diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
· Spuit diberi label dan segera tempatkan
dalam es atau air es kemudian bawa ke laboratorium
·
Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
·
Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan
melakukan inspeksi; Dan palpasi. Rasional mengidentifikasi hematoma
atau perdarahan.
· Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut.
·
Bereskan peralatan.
·
Lepaskan sarung tangan.
· Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
·
Beri reinforcement positif pada klien.
· Mengakhiri pertemuan dengan baik.
·
Cuci
tangan.
·
Dokumentasi. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan, Yang perlu didokumentasikan meliputi:
•
Waktu dilakukannya prosedur.
•
Jenis pemeriksaan yang dilakukan
• Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan benebihan)
· Catatan :
ü Bila saturasi O2 juga diukur,
ini memberikan pencocokan-silang untuk keakuratan PO2 (gunakan PO2 dan pH untuk
menghitung saturasi oksigen pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat
apakah saturasi O yang dihitung ini sesuai dengan saturasi O yang diukur
ditambah karbosihemoglobin)
ü Bila kandungan CO diukur, ini memberikan
pencocokan-silang untuk keakuratan PCO2 (gunakan PCO2 dan pH untuk
menghitung kandungan CO pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat apakah
kandungan CO yang dihitung ini sesuai dengan kandungan CO yang diukur)
ü Cara lain untuk meyakinkan keakuratan
yaitu dengan melakukan tes duplikat ada dua penganalisa gas darah yang berbeda.
Bila ada perbedaan dalam dua penentuan, tes harus dilakukan untuk ketiga
kalinya
ü Teknisi melakukan analisa dan harus
melaporkan adanya kecurigaan bahwa hasil tidak benar. Contoh :
Ø Bila spuit datang dengan ada gelembung
udara
Ø Bila saturasi O yang dihitung dan saturasi
O yang diukur tidak sesuai
Ø Bila kandungan CO yang dihitung dan
kandungan CO yang diukur tidak sesuai
6. Prinsip
Agar Sampel Berkualitas Baik
· Pengambilan
sampel yang cukup
· Penampungan
dengan benar
· Labeling
· Transport
segera
· Penyimpanan
· Pemeriksaan
7. Komplikasi
· Apabila
jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
· Perdarahan
· Cedera syaraf
· Spasme
arteri
8.
Faktor-faktor yang berkontribusi
pada
nilai-nilai analisa gas darah
yang
abnormal
a.
Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
b.
Kegagalan untuk mengeluarkan
semua udara dari spuit akan menyebabkan nilai PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat
c.
Obat-obatan
yang dapat meningkatkan
PaCO2: aldosterone,
ethacrynic acid, hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium
bicarbonate, thiazides.
d.
Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2: acetazolamide, dimercaprol, methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline,
triamterene.
e.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
f.
Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acid salts.
g.
Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu tubuh, pH darah, dan struktur hemoglobin
9. Interpretasi hasil AGD
a. Mengukur
oksigen darah
· Pengukuran oksigenasi pada analisa gas
darah arteri adalah dengan mengevaluasi PaO2 dan
SaO2
· nilai PaO2 normal
adalah 80 – 100 mmhg dan SaO2 normal adalah 93% - 97 %
· Nilai PaO2 yang rendah di sebut hipoksemia
b. Mengukur
pH darah
· pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam darah dan
memberi informasi tentang tingkat asam - basa darah pH normal - 7.35 - 7.45
· jika pH < 7.35 disebut asidemia ( kondisi darah terlalu asam
) acidosis adalah kondisi yang menyebabkan asidemia
· Jika pH > 7.45 disebut alkalemia ( kondisi darah
terlalu basa ) alkalosis adalah kondisi yang menyebabkan alkalemia
c. Mengukur karbondioksida darah
· PaCO2
adalah tekanan atau tegangan yang di timbulkan
oleh gas karbondioksida dalam darah arteri
· PaCO2
adalah produk hasil metabolisme selular
· Kadar PaCO2 diatur oleh fungsi ventilator paru
· Nilai
PaCO2
: - 35-45 mmHg
· Jika pasien mengalami hipoventilasi PaCO2
akan terakumulasi dan melebihi
ambang 45 mmhg dan menyebabkan acidosis
respiratorik
· Sebaliknya jika hiperventilasi PaCO2
akan turun di bawah 35 mmhg dan
menyebabkan alkalosis respiratorik
d. Mengukur bikarbonat darah
· HCO3
- adalah jenis basa utama dalam serum ,membantu
tubuh mengatur pH dengan kemampuanya menerima ion hidrogen
· Konsentrasi HCO3 - diatur oleh ginjal sebagai regulasi proses
metabolik
· Nilai normal HCO3 - adalah 22-26 mEq/L
· Jika kadar HCO3 - <22 mEq/ L
akan terjadi acidosis metabolik
· Jika kadar HCO3 - > 26 mEq/ L
akan terjadi alkalosis metabolik
DAFTAR PUSTAKA
Jevon, P. and B. Ewens (2008). Pemantauan Pasien Kritis.
Jakarta, Erlangga Medical Series.
Morton
P, Fontaine D, Hudak C, Gallo B. (2012). Keperawatan Kritis Pendekatan
Asuhan Holistik. Jakarta. EGC
Stillwell S. (2011). Pedoman Keperawatan
Kritis. Jakarta. EGC
Rocktaeschel J, Morimatsu
H, Uchino S,et all .(2003). Acid Base
Status of Critically Ill Patients based on Stewart Methode. Criticall Care
Journal. Volume 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar